Selamat Datang,...Blog ini hanya ingin berbagi dan sharing bersama,....

Rabu, 23 September 2015

CINTA ITU KEYAKINAN

Part I “ Tak Mengenal Cinta “ 

Keceriaan, kesenangan dan kepolosan,…
Masa – masa dimana hanya main, main dan bermain yang selalu ada di benak ini, Masa kecil, tak banyak yang dapat di ingat. Rasa keceriaan, kesenangan dan kepolosan yang selalu menghampiri setiap waktu yang di jalani, tak mengenal waktu, tak mengenal lelah, dan tak mengenal kotor,.. hal itu sewaktu aku berada di bangku sekolah dasar.
Aku berada di tengah dalamnya cinta yang damai, tulus dan penuh warna. Pengalaman dan kenangan masa kecil yang berakibat mempunyai maksud dan arti di masa sekarang dan masa depan. Sewaktu kepindahan ku dari Kota Palembang, kota kelahiranku, kota yang ku habiskan masa-masa kanak-kanak ku untuk sementara. Tinggal di keluarga yang sangat sederhana membuat diri ini merasa kurang percaya diri. Mungkin rasa itu tumbuh saat ku melihat teman-teman sebayaku yang hidupnya serba ada. Ya,.. tapi, aku tak mengerti dan tahu rasa yang aku rasakan ini, rasa kurang percaya diri yang membuat keseharian ku terlihat menjadi orang pemalu dan tak peduli orang-orang dan lingkungan yang ada disekitarku. Banyak hal yang tak dimengerti saat hati yang belum pernah mengatasinya dan perilaku yang akan mencerminkan perasaan yang terpendam di dalam hati. Saat aku telah duduk di bangku kelas 1 (dua) sekoalah dasar negeri, aku bisa di katakana menjadi anak yang nakal dan emosional tinggi. Hari – hari yang ku lewati di hiasi oleh musuh yang ada disekitarku. Teman bisa jadi musuh, musuh bisa jadi teman. Kadang sulit bagi tuk menemukan teman sejati semasa itu, rasa egois yang keras tercermin di setiap rautan wajah ini ketika diam. Aku tak takut padam siapapun, asalkan merka tak mengusik ku, aku pun tak akan mengusik meraka. Saat joni yang berbadan besar dan gendut mengusik ku, aku pun tak tinggal diam,.. perkelahian pun terjadi di mana didalam kelas yang sepi saat jam istirahat. aku pun tak tahu apa yang terjadi, di dalam pikiran ku hanya membayangkan ketika aku menonton televisi yang ada pukul-pukulnya. Terpintas aku pun mencontoh nya,.. saat teman-teman sekelas menghampiri dan memisahkan kami, guru kelas pun tiba-tiba datang dan membawa kami ke kantor ruang kepala sekolah,.. hanya celotehan keras yang terdengar di telinga ini, tak menyadari apa yang sudah terjadi akibat atau pun tuk menjadi pelajaran. Keesokan hari nya, dimana emosi telah mereda dan akan berniat tuk belajar, ketika jam pertama di mulai ,.. aku melihat joni duduk di bangku belakang tempat ku duduk. Saat guru telah selesai mengajarkan kami membaca B U D I “budi” P E R G I “pergi” K E “ke” P A S A R “pasar” serentak kami menirukan ucapan guru yang kami dengar,.. tiba-tiba joni dari belakang memegang kepala ku dan memantukkannya ke meja ku,.. seketika kejadiaan itu berlangsung, aku bergegas mengejar joni tuk membalasnya, namun joni berlari kencang dan aku melihat darah yang mengalir dari hidungku. Sejenak terdiam dan tak tersadar bahwa darah itu akibat pantukan ke meja yang telah di lakukan oleh joni. Farhan bergegas memanggil guru kelas ku melihat aku yang mengeluarkan darah. Aku hanya terdiam dan berusaha memberhentikan darah ini dengan pakaian yang aku kenakan. Guru pun tiba dengan celotehannya, bergegas mengambil air tuk membersihkan darah ku ini. Ibu guru menyuruh ku tuk membuka pakaian yang kukenakan,untuk membersihkan darah ini. Aku hanya memakai kaos singlet berdiri di depan kelas, dan menjadi bahan tontonan teman-teman sekelasku. Dengan rasa malu, kesal dan marah terhadap perlakuan joni terhadapku. Kata guru kelas ku yang sedang membersihkan darah ini menggunakan kain pakaian yang kukenakan joni sudah pulang dan melarikan diri kabur dari sekolah. Darah yang telah berhenti dari hidungku dan pakaian yang berhamburan darah dan air tak bisa kukenakan kembali. Akhirnya guru menyuruhku pulang duluan dari pada teman-teman sekelasku yang timbul rasa senang menghiasi sedikit di ahri ku yang kelam ini., berjalan kaki sendiri mengenakan kaos singlet dan pakaian sekolah berada di bahu menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, celotehan yang bisa kudengar lagi dan lagi terdengar dari mulut ibu ku,.. aku pun menjelaskan dengan rasa kesal dan marah kejadian yang telah kualami tersebut. Ibu ku pun yang taka asing dan telah biasa menghadapi kelakuna ku yang selalu begini, mungkin ini hal  terparah yang kualami. Menjadi anak yang pemalu dan suka berkelahi. Jauh dari kata sabar, bahkan sabar itu pun tak dapat kudapatkan dan kurasakan saat emosi yang menyelimuti ini meluap.
        Sejak aku diturunkan di dunia ini sampai saat naik ke kelas 4 Sekolah Dasar. Meminjakkan kaki di kota yang aku tak tahu kota apa ini. Ternyata, aku meminjakkan kaki ku di Desa Sei Buluh tepatnya di Dusun Sei Buluh. Dusun yang masih penuh dengan hutan yang lebat dengan binatang-binatang buas yang masih ada menemani lingkungan hutan sekitar rumahku. Meskipun Dusun ini sepi namun aku merasa kedamaian dan keasyikan sendiri dalam tiap langkah yang ku jalani. Tiba saat nya aku masuk sekolah dasar negeri yang berada di dusun tersebut. Suasana baru, lingkungan baru, teman baru dan yang pasti baju baru. Hehehe,… ^_^ rasa malu yang hanya tercermin dalam pancaran wajahku kepada teman-teman ku yang baru. Sulit untuk beradaptasi mulai dari gaya bahasa, tingkah laku dan gurauan-gurauan yang mereka miliki. Setiap hari aku melakukan aktifitas ku untuk belajar dan bermain di Sekolah Dasar ini (kecuali hari minggu ya… hehhehe). Sedikit demi sedikit dan akhirnya banyak, aku bisa mengetahui dan memahami arti gaya bahasa, paham akan sanda gurau mereka, dan menerima tingkah laku mereka yang sedikit usil. Tiga tahun yang aku lalui seakan terasa cepat dan tak berarti dari duduk dibangku kelas 4 sampai sekolah dasar. Belajar, bermain, dan bercada gurau seperti anak kecil sebagaimana mestinya. Seorang anak laki-laki kecil yang pendiam malu dan emosional itu lah aku, tak banyak berkata bukan berarti emas melainkan malu. Hanya sebuah kata-kata cetukan yang selalu terucap, bersanding dengan teman-teman yang baru terasa canggung dan tak merasa nyaman. Tak punya teman akrab yang menemani hai-hari belajarku. Kebiasaan yang berbeda dan sanda gurau yang aneh, aku tak merasa bebas dan lepas dalam kehidupan sekolah ini, rasa malu selalu menyelimuti dan tak ada rasa percaya diri. Padahal di waktu proses pembelajaran aku orang yang aktif, selalu terkesan sombong dan nyeletuk pembicaraan ajaran guru ku. Kadang terkesan sebagai anak yang kurang ajar juga sih,. Hehee…. “anak seusia ini apakah tahu namanya piker panjang” kata Diri ini sekarang.
 Namun, waktu aku berada di bangku kelas 6 sekolah dasar, aku diperkenalkan dengan sebuah nama nya “cinta”. Aku mengalami hal-hal yang aneh dalam proses hidupku di bangku sekolah ini. Mendapatkan kado yang berisikan buku tulis yang langsung berada di dalam tas ku bahkan aku pun lupa bahwa hari ini aku berulang tahun. Sewaktu aku pulang kerumah aku menanyakan kepada ibu ku dan berkata “ Ma, Buku siapa ini dalam tas ku. Mama menjawab “Gak tahu”. Mama melihat buku itu dan memperhatikan nya Mama berkata “ punya temen kamu mungkin, oh ya hari ini kan ultah kamu, mungkin kado dari temen kamu”. Aku hanya diam dan tak menjawab apa-apa. Aku pun tak tahu arti ulang tahun itu apa. Didalam keluargaku tak mengenal namanya hari ulang tahun, tak ada perayaaan, dan tak ada ucapan dari Mama, Bapak dan saudara-saudaraku  sekali pun. Karena sudah kebiasaan keluarga ku yang selalu tidak merayakan setiap ulang tahun anggota keluarga ku. Aku hanya berpikir untuk belajar dan bermain, ketidaktahuan akan rasa bahagia atas pemberian kado ini. Aku hanya termenung dan menganggapnya hanya sebuah buku tulis. Tapi, rasa penasaran ku pun datang untuk mencari tahu dan selalu memikirkan sebuah kado yang berisi kan buku tulis ini dengan tak ada nama pengirimnya. Keesokan harinya aku mencari tahu siapakah orang yang memberikan kado untuk yang pertama kalinya aku dapatkan. Aku mencoba bertanya sama teman laki-laki sekelas ku, bertanya secara diam-diam karena aku merasa malu kepada teman-temanku. Rasa malu dan penasaran menyelimuti setiap waktu belajarku di dalam kelas. Tak seorang pun dari temen lai-laki ku yang mengaku dan tahu akan kado itu. Aku memberanikan diri ku bertanya kepada teman perempuan sekelasku, dengan ras malu. Dari jawaban mereka, akhirnya aku menemukan nama pengirim kado tesebut yang ternyata dia. Dia yang aku anggap seperti teman biasa, teman sekelas yang belajar dan bermain bersam-sama.. Tapi, dia punya ciri khusus dia galak, judes, dan sedikit tomboy atau laki-laki waktu bertemu dengan ku. Itu yang kurasakan jika aku berhadapan dengan nya. Perasaan takut, malu dan berdebar-debar.  Padahal, waktu dia bersama teman-teman nya yang lain dia ramah, baik dan penuh sanda gurau karena aku diam-diam memperhatikannya. Walupun kadang-kadang dia emang suka marah pada orang yang menggangunya. Hal itu bagiku wajar, tapi, dia sangat gak wajar bersikap didepan ku. Aku tak tahu itu, cinta, malu, atau keisengan belaka.
Setelah saat itu ada suatu hari dimana aku mendapatkan sebuah surat yang berisikan sebuah untaian kata-kata cinta didalam nya. Aku tak tahu, isi surat itu menyebutkan nama ku dan disertai lantunan puisi cinta yang sederhana untuk dipahami. Di dalam surat itu terdapat satu nama “Lija” dia adalah teman sekelas ku. Dan langsung aku bertanya padanya, lija pun mengaku bahwa bukan dia yang menulis surat tersebut, di dalam hati ku, aku pun yakin kalau surat itu dibuat oleh lija. Pertanyaan itu datang dalam benak ku. “siapa yang mengirimkan surat cinta ini ! “. Aku pun terus berusaha mencari tahu siapa seseorang itu, bertanya-tanya dengan teman dekat ku. Diam-diam menyelidikinya sendiri dengan gaya tulisan yang ad di surat itu. Akhirnya, aku menemukan seseorang tersebut dari ucapan temen-teman yang kudengarkan dan tulisan didalam surat itu sama persis dengan tulisan dia. Dia yang telah kemarin mmberikan kado waktu ultahku dan sekarang menirimkan surat cinta mengatas namakan orang lain. Aku tahu mengapa dia melakukan semua ini kepadaku. Aku masih dengan yang polos dan tak mengiarukan semua itu.
Suatu ketika waktu jam istirahat tiba, kami bermain gambar-gambaran, kelereng, karet dan lain-lain. Ketika aku sedang membaca buku di dalam kelas yang merasa sendiri. Tiba-tiba, teman-teman kelas ku mengungci pintu kelas. Doorrrhhh,. Aku kaget dan melihat pintu kelas yang telah tertutup. Ketika aku melihat sekelilingku, melihat tiap sisi ruang kelas. Ternyata, aku tersadar hanya ada dia yang ada di dalam kelas ini. Aku dan dia berada berdua di dalam ruang kelas yang terkunci. Aku pun hanya bingung dan malu karena olokan dari teman-teman. Tanpa kata-kata aku melihat dia yang sedang teriak-teriak dengan heboh sendiri untuk keluar dari dalam kelas. Melihat dia begitu, aku pun bergegas mendorong-dorong pintu dan ingin nekat keluar dari jendela ruang kelas ini. Aku merasa sangat sangat malu yang tak tertahan lagi. Akhirnya, tidak lama dari itu teman-teman pun membukakan pintu kelas untuk kami.
Didalam kami belajar diruang kelas, dia ialah anak pintar dan rajin. Dia mendapatkan nilai yang bagus-bagus dan selalu masuk 4 (empat) besar tiap pembagian hasil nilai raport kelas. Walaupun dia adalah sainganku dalam memperoleh peringkat di dalam kelas. Aku pun menganggap aku hanya belajar seperti biasa di dalam kelas. Aku pun kaget mendapatkan peringkat. Dari mulai itu aku harus mempertahankananya selalu berusaha ingin jadi yang pertama.
Hal-hal aneh yang tak biasa aku alami sebagai anak sekolah dasar pun akhirnya terjawab. Dimana tinggal menghitung hari ujian nasional Sekolah Dasar berada di hadapan ku. Di saat pelajaran kosong yang setelahnya istirahat. Dia pun datang menemuiku, mengatakan cintanya kepada ku dengan membawa makanan ringan untuk ku sebagai simbolis bahwa dia mencintaiku. Aku pun kaget, tersipu malu dan spontan menjawab,.. “apa ! kecil-kecil pacaran“ aku tak mengindahkannya, tak peduli dengan perasaannya. Aku pun lari dari tempat itu seakan mau kabur dengan perasaan malu yang luar biasa. Sampai disuatu hari kami terjadi konflik yang aku pun tak tahu dan menyadari penyebab permasalahan kami itu apa, dimana dia marah-marah, kesal, sampai-sampai terjadilah perkelahian anak-anak tanpa disadari. Aku pun makin bingung, dan berkata “Kok, jadi gini ya ! mengapa di marah pada ku. Pusing !!!’. Teman-teman sekelas pun memisahkan kami dengan penuh keramaian dan rasa malu. Aku makin bingung dan tak tahu menahu apa yang sedang telah terjadi ini. Bagi ku hanya kisah seotang anak kecil yang masih ingusan yang tak mengenal arti cinta dalam sebauh hidup yang baru ia jalani. aku belum bisa merasakan apapun di dalam hati ini. Yang ku rasakan saat aku di hadapan cinta yang dia berikan kepadaku. Aku hanya diam tersipu malu dan tak satu pun kata-kata yang terucap keluar dari mulut ku.
Setelah kelulusan Sekolah Dasar di umumkan aku akan meninggalkan dusun ini. Dusun Sei Buluh yang penuh kenangan walaupun hanya tiga tahun aku berada di kota ini. Pergi tanpa sedikit pun ucapan perpisahan dengan dia dan teman-teman ku lainnya. Acara perpisahan Sekolah Dasar pun terlalui, meninggalkan kota ini, demi mengikuti orang tua ku yang pindah tugas. Hanya senyum haru dan rasa pahit meninggalkan teman-teman SD dan dusun ini…………………


Bersambung……..