aku hanya mencitaimu, dengan begitu lembut, hingga kamu akan
terbiasa dengan kenyamananya.
Ku kokohkan setiap keyakinan yang ada,
orang :“ Aku merindukanmu,
izinkan aku memelukmu sekali ini saja, PLEASE”
Aku “
lihat lah statusku, setidaknya kamu paham maksudku “
orang :“ Aku
tidak peduli dengan statusmu, apapun itu, kamu wanita yang selamanya aku cintai’
Aku “
tapi aku peduli dengan statusku, aku peduli dengan dia yang kusayangi, dan aku
peduli dengan kamu yang membiarkan aku kehilanganmu”
kemudian
.................................................................................................
Berapa banyak bahkan aku tak mampu menghitungnya, orang-orang
yang datang melewati kebahagian orang lain hanya untuk merampas bahagianya
tanpa mereka tahu cara mereka itu menyedihkan.
Aku tahu jika bahagia itu dia, tapi mengapa kamu datang dan
hanya terlihat orang asing yang enggan ku kenal.
Berapa banyak air mata, yang menetes hanya karena keegoan
semata.
Melepaskan tangan yang sebenarnya telah hangat pada genggaman.
Bukankah bahagia
itu melihat orang yang kita cintai bahagia.
Bukankah cinta
itu sebagian perasaan yang tertitip untuknya agar ia tersenyum
Bukankah cinta
itu pun ungkapan nyata yang tak berbunyi pada harapan kebahagian.
Ntahlah aku tak yakin, dan masih selalu saja ada orang yang
setebal tembok urat malunya datang, mengemis cinta, tapi kata bijaknya
menyerahkan diri untuk dicintai yang jelas-jelas ia tahu bahwa orang tersebut tidak
menyukai.
Kesadaran
itu ialah cara baik yang tak terlihat ,tapi nyata adanya dan respon positif
untuk memahami diantara cerita keadaan .
Kebahagian
itu pun adalah begitu sederhana, jngn mengatas namakan cinta untuk sebuah usaha
yang terkadang membuat terluka pasangan.
Menyederhanakan
bahwa dengan mencintaimu saja aku bahagia, bersamamu tertawa dan ditatapanmu,
aku disana, hingga aku tak ingat bahwa hangatnya dunia adalah saat menggenggam tanganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar